Kumpulan Informasi Penting Untuk Indonesia

Perlukah Kita Bangga Dengan Kecerdasan Anak?

Setiap orang tua pasti berharap punya anak-anak yang pintar. 

Anak yang pintar menjadi kebanggaan orangtua

Anak pintar diasumsikan dengan masa depan yang cerah

Mudah masuk ke sekolah favorit

Mudah mencari kerja

dan kemudahan-kemudahan lainnya.

Benarkah demikian?
 
Belum tentu juga begitu.

Kecerdasan adalah anugrah dari Sang Maha Pencipta. Memiliki anak cerdas memang jadi dambaan hampir semua orangtua. Namun sayangnya tidak banyak anak yang diberi anugrah itu. Nah, bagaimana kalau ternyata anak kita adalah anak yang biasa-biasa saja di sekolah? Apakah harus khawatir dengan masa depannya?

Untuk menjawabnya, ikuti kisah saya di bawah ini.

Saya adalah anak yang dikarunia kecerdasan itu. Meskipun tidak termasuk jenius, tapi kecerdasan saya berada di atas rata-rata. Ketika sekolah di SD, saya tak pernah mendapat ranking di bawah 3. Kalau tidak 1 ya 2 dan seringnya ranking 2 karena ranking satunya teman saya yang perempuan.

Di SMP juga begitu, ranking saya berkisar di angka 1, 2 atau 3. Di SPG (setingkat SLTA) peringkat saya juga masih bagus. Pokoknya dari sejak SD sampai SLTA peringkat saya disekolah selalu masuk 3 besar.

Selepas SLTA saya melanjutkan kuliah. Saya kuliah di satu universitas keguruan di Kota Bandung. Hanya sayang, kuliah saya tidak tamat. Saya DO di semester 3 kalau tidak salah.

Selepas keluar kuliah, Saya ikut dengan orangtua bekerja serabutan di kampung. Saya adalah orang yang cerdas namun memiliki kekurangan, yaitu kurang percaya diri. Ketika teman-teman lain pergi merantau ke kota, saya tetap di kampung mengikuti orangtua. 

Hari berganti, akhirnya ada kesempatan bekerja di instansi pemerintah menjadi guru diusia yang sudah tidak muda lagi (35 tahun). Alhamdulillah, meskipun terlambat akhirnya saya punya pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.

Kembali lagi ke tema di atas tentang kecerdasan. Ternyata kecerdasan bukanlah satu-satunya tiket untuk meraih keberhasilan. Teman-teman seangkatan saya, baik di SD, SMP maupun SPG yang prestasi di kelasnya biasa-biasa saja, kini banyak yang kehidupannya lebih dari saya. Ada yang menjadi pengusaha, anggota dewan, direktur perusahaan dan lain-lain.

Kesimpulannya, kecerdasan bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan. 

Bila anak kita kurang cerdas jangan memaksakan diri supaya anak cerdas dengan cara memaksa anak belajar di luar kemampuannya.

Carilah sisi kelebihan anak dan kembangkan kelebihan itu.

Sistem pendidikan sekarang tidak lagi memandang anak dari sisi kecerdasannya. Sudah tidak ada lagi sistem peringkat kelas di dalam Rapor anak, meskipun kadangkala guru melakukannya  demi memenuhi keinginan orangtua yang masih terobsesi oleh rangking anaknya.


Back To Top