Mabes Polri memastikan mencari para
pelaku provokasi di media sosial terkait peristiwa anarkis peristiwa di
Tanjung Balai, Sumatera Utara yang terjadi pada Jumat (29/7) malam. Karo
Penmas Mabes Polri, Brigjen Agus Rianto mengaku prihatin dengan
peristiwa tersebut. Ia memastikan, upaya penegakkan hukum, akan
menelusuri, mencari para pelaku provokasi di peristiwa itu.
Agus pun tidak menampik soal informasi yang beredar bahwa provokasi dilakukan melalui media sosial yakni facebook.
"Provokasi itu bisa dilakukan baik secara langsung atau dengan saluran
komunikasi yang ada dan tidak bisa dipertanggungjawabkan," tegas Agus.
Mantan Kabag Penum Mabes ini juga mengingatkan agar warga di Tanjung
Balai agar tidak mudah terprovokasi dengan hasutan-hasutan yang tidak
jelas dan tidak bertanggung jawab.
Aksi yang terjadi sejak Jumat (29/7) malam hingga Sabtu (30/7) dini hari
kemarin ini, sekelompok massa melakukan pengrusakan di beberapa tempat
ibadah.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini dan kerugian
ditaksir hingga ratusan juta. Sebanyak tujuh warga diamankan di Polres
Tanjungbalai karena melakukan penjarakan.
Aksi ini dipicu karena adanya permintaan seorang warga inisial M yang
meminta mengecilkan volume suara mikropon di Mesjid Almakshum di Jalan
Karya, Tanjung Balai, Sumatera Utara.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Irman Gusman
mengimbau kepada seluruh warga Kota Tanjung Balai memperkuat persatuan
dan kerukunan antar masyarakat pasca-kerusuhan bernuansa SARA.
Aparat kepolisian dan TNI juga diminta menjamin kemanan warga dan mencegah terjadinya konflik susulan.
"Sumatera Utara kita ketahui selama ini merupakan wilayah dengan
toleransi antar-umat beragama yang sangat baik. Kita prihatin atas
peristiwa ini. Saya menyerukan kepada seluruh warga Tanjungbalai
memperkuat persatuan dan kerukunan serta mewaspadai provokasi dari
pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana," kata Irman Gusman.
Irman mengingatkan konflik SARA merupakan problem serius yang bisa
mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Karena itu, semua harus bahu membahu dan bergotong royong untuk bersama-sama bergerak cepat mematikan sumber-sumber konflik.
"Kemarin Tanjung Balai, besok bisa saja terjadi di tempat lain. Kita
bersyukur memiliki Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa kita.
Mari kita pegang teguh, dan implementasikan Pancasila dalam keseharian.
Tidak hanya dalam ucapan tapi juga tindakan. Membumikan Pancasila,
itulah obat mujarab mencegah konflik SARA," kata senator asal Sumatera
Barat ini.
Sumber : jelajahsehat.com
Tag :
Berita,
Berita/News