Kita yang dahulunya bukan
siapa-siapa. Kita yang berasal dari dua keluarga yang berbeda walaupun
masih dalam satu ikatan iman yang sama. Kita yang memilki kisah yang
berbeda sebelum dipertemukan dalam satu ikatan istimewa. Akan mengukir
kisah bersama ditengah perbedaan yang ada dalam diri kita masing-masing.
Akan menyatukan mimpi yang akan kita titipkan ke anak-anak kita.
Selama belum terucap ijab dan qobul, kamu dan aku bukan siapa-siapa.
Hanya dua orang anak manusia yang berharap menemukan jodoh dan memulai
hidup bersama. Hanya dua orang anak manusia yang saling membenahi diri,
untuk mendapatkan jodoh terbaik. Hanya dua orang anak manusia yang
selalu berharap dalam setiap doanya dipertemukan dengan seseorang di
waktu yang tepat.
Sebelum terucap ijab dan qobul, tidak saling terikat. Tidak ada
keharusan untuk menunggu dan ditunggu. Tidak ada paksaan atau suatu
keharusan.karena kita belum ada hak dan kewajiban.
Terserah kau mau memilih siapa, dan aku memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang akan mendampingi hidupku. Karena kita bukan siapa-siapa, hanya dua anak manusia yang berusaha mengetahui takdir. Di manakah jodoh kita masing-masing, dan apakah kita berdua dipertemuakan untuk saling melengkapi.
Tidak akan pernah ada rasa kecewa saat salah satu di antara kita naik ke pelaminan terlebih dahulu. Saat salah satu di antara kita memberikan undangan bahagia. Tapi tidak membuka kemungkinan ada luka di balik kata “ selamat “ yang di ucapkan. Ada penyesalah ketika tedengar kata “ Sah “.
Jangan pernah menyesali nasib, dan berharap mengulang takdir. Karena kita bukan siapa-siapa sebelum ijab dan qobul. Hanya dua orang anak manusia yang tidak memiliki hubungan selain dari saudara se-iman.
Terserah kau mau memilih siapa, dan aku memiliki kebebasan untuk memilih siapa yang akan mendampingi hidupku. Karena kita bukan siapa-siapa, hanya dua anak manusia yang berusaha mengetahui takdir. Di manakah jodoh kita masing-masing, dan apakah kita berdua dipertemuakan untuk saling melengkapi.
Tidak akan pernah ada rasa kecewa saat salah satu di antara kita naik ke pelaminan terlebih dahulu. Saat salah satu di antara kita memberikan undangan bahagia. Tapi tidak membuka kemungkinan ada luka di balik kata “ selamat “ yang di ucapkan. Ada penyesalah ketika tedengar kata “ Sah “.
Jangan pernah menyesali nasib, dan berharap mengulang takdir. Karena kita bukan siapa-siapa sebelum ijab dan qobul. Hanya dua orang anak manusia yang tidak memiliki hubungan selain dari saudara se-iman.
Semoga yang dulunya kita bukan siapa-siapa, menjadi apa yang kita
harapkan setelah ijab dan qobul. Menyempurnakan agama dan menggenapkan
hati untuk mengukir sebuah kisah baru dalam kehidupan bersama. Karena
kau dan aku adalah siapa-siapa.
Sumber : jelajahsehat.com